TUBAN
Nuphy jaYanti
Minggu, 11 November 2012
Senin, 05 November 2012
AKHIR PERSAHABATANKU
Oleh Yunita Anggraini
Kini aku duduk di bangku kelas 3 SMA ya tepatnya di masa putih abu-abu.
Kujalani hari putih abu-abuku bersama tiga sahabatku Riko,Diki, dan
Mutia sedangkan Mutia adalah sahabatku dari SMP. Kini aku hanya tinggal
menghitung hari menunggu Ujian Nasional di laksanakan.
Waktu pulang sekolah tiba, dari sejak istirahat aku,Riko,Diki, dan Mutia telah merencanakan sesuatu untuk tanda janji persahabatan lalu kami berempat ke kebun di belakang sekolah untuk membuat janji tersebut yang ditulis di dalam sebuah kertas yang akan di masukan di botol dan di kuburkan di dalam tanah yang bertulis.......
“Persahabatan adalah ikatan yang tak kan terlupakan. Aku akan selalu ada bersamu sahabat walau jarak yang berjauhan diantara kita bersama, akan kubuka botol ini sesudah kami mendapatkan nilai hasil Ujian Nasional. Sampai kapanpun tak ada istilah teman lama antara kita tetapi hanyalah ada kata teman selamanya.”
Setelah itu barulah kami kuburkan botol tersebut……….
“Mudah-mudahan saja kita berempat bisa terus bersama walau nanti kita sudah lulus dari sekolahan ini” ucap Mutia yang memberikan harapan
“Ia dan nanti botol ini akan kita buka bersama” sahut Diki dengan melanjutkan perkataan Mutia
“Oh…ia temen-temen kalian pada setuju gak kalau di dalam persahabatan kita berempat ini gak ada yang boleh saling jatuh cinta…!!, kayanya belakangan ini ada dua yang saling suka tuh cieee… Diki sama Mutia cintanya lagi bersemi-semi tuh......BhaHahay…….” ucap ku
“Dih.....Aliya so tau banget ya lu…emangnya gua pacaran apa ama Mutia kan gak tau” jawab Diki
“Diki, tadi perasaan gua gak bilang lu berdua pacaran ya, tapi tadi lu barusan yang nyebut sendiri jangan-jangan bener lagi lu berdua bukannya saling suka lagi, tapi udah jadian kali ya...tapi kalau seandainya kalian berdua emang pacaran gak napa-napa deh.....PJnya boleh kali tuh.....!!!” kata ku
“Cieee Diki sama Mutia....kayaknya bener tuh apa kata Aliya barusan” ujar Riko yang meledek Diki dan Mutia
“Udah ah ngapa lu jadi pada ngomongin begituan, ah gak penting tau mendingan sekarang kita pulang aja yuk…!!! Dari pada kita berempat kerjaannya main mulu nanti nilai ujian kita jelek lagi”sahut mutia
“Ia deh yuk kita pulang, oh ia, Aliya lu pulangnya gua anter ya dari pada lu naik angkutan umum” ucap Riko sambil menyuruh Aliya naik di motornya
“Ia Riko, nganterin gua pulang sekolah terus juga gak napa-napa…..Hahaha biar bensin lu abis, becanda kok gua” ujar ku
“Lah Aliya bisa banget, lu kira Riko tukang ojek” kata Diki
***
Inilah dia dimana saat-saat Ujian Nasional berlangsung hatiku mulai bergemuruh saat petugas membagikan soal suasana kelaspun mulai hening jauh dari kebisingan dalam hatiku ku sambil berdoa “Bismilahirrahmanirrahiim…...mudah-mudahan aku dapat mengerjakan soal Ujian Nasional ini dengan mudah dan mendapatkan nilai yang memuaskan” lalu barulah ku usapkan tangan ku wajah “Amiin……”
Barulah perlahan kuhitamkan hasil jawaban yang ku pilih di lembar jawaban, terus hingga aku selesai mengerjakan soal Ujian tersebut.
***
Ujian Nasional kini telah selesai dan sekarang adalah waktunya melepas ketegangan sambil menggu hari-hari di mana nanti hasilnya akan diumumkan. Kami berempat akan makan-makan di pizza hut.
Kami berempat pun memesan makanan. Aku jadi heran sama Riko kenapa ya sepertinya muka Riko kok terlihat tegang ya dan ia dari tadi ku perhatikan seperti ada yang akan ia sampaikan ke aku.
“Riko, lu tuh dari tadi kenapa yak kok kaya tegang gitu…kalau lo ada masalah cerita aja sama kita bertiga…!!!” tanya ku dengan heran
“Aliya, emangnya lu gak nyadar apa Riko kan suka ama lu semalem dia sms gua cerita katanya dia bingung gimana caranya nembak lu Al” ujar Diki sambil tertawa
“Beneran Dik gak salah denger nih gue” sahut Mutia yang penasaran
“Ehm…Aliya sebenernya yang di katakana Diki benar dan yang sejujurnya telah lama Al aku menyukaimu, kamu mau gak Al jadian sama ku?” ucapnya Riko dengan wajah tegang
“Ya Riko aku mau kok jadian sama kamu” sahutku sambil tersenyum
“Asyik dah yang hatinya lagi bersemi-semi nih…Cicuwwiittt….HahaHaha….” ujar Mutia
“Jiah……akhirnya Riko sama Aliya jadian juga, klo gua sama Mutia sih jadiannya udah lama” kata Diki
“Ah lo bedua nih gak pernah cerita” tutur Riko
“Tapi temen-temen kalian inget ya sahabatan kita tuh gak boleh hancur karna gara-gara cinta” ucap ku
“Tenang aja kok Al sampai kapanpun kita berempat tuh sahabat apa lagi gue ama lu udah sahabatan dari kita masih SMP” sahut Mutia
***
Hasil nilai sedang di bagikan. Sekarang aku begitu tegang ketika akan di bagikannya hasil nilai tersebut. Kini adalah giliran nama ku di sebut dan tepatnya aku mengambil hasil ujian “Aliya Rahmadina”, barulah aku maju ke depan dan mengambil hasilnya. Perlahan Kubuka amplop tersebut sambil membaca Bismillah, “Alhamdulillah ternyata aku lulus” ucap ku
Barulah waktunya nama Diki Disebut “Diki Setiawan” lalu dia maju dan ternyata ia lulus, “Mutia Qurrotu Nur’aini” begitu pula dengan Mutia ia juga lulus. Kini barulah giliran Riko “Ahmad Riko” dan akhirnya Riko pun juga lulus.
Kami berempat langsung berpelukan menahan tangis rasa senang yang mengharukan dan kami pun langsung berlari ke kebun untuk menggali botol tersebut saat-saat inilah yang membuat aku tidak bisa menahan air mata ku yang membuat ku haru.
“Gue seneng banget akhirnya kita berempat bisa lulus” kata Mutia
“Ya Mut gua juga seneng banget kita bisa seperti ini dan terus bersama” tutur ku
“Gimana kalau nanti kita jalan-jalan lagi” ucap Riko
“Setuju banget tuh gua, kita nonton bioskop…!!!” sahut Diki
***
Ketika di perjalanan ingin menonton bioskop, perasaanku sungguh tak enak jantungku berdebar ketika sedang di dalam mobil Diki yang mengendarai mobil tersebut, aku seperti punya firasat yang tak enak. Apakah ada sesuatu yang akan terjadi kepada kami berempat, Tidakkk…!!! Aku yakin ini semua gak akan terjadi.
“Perasaan gua di dalam mobil ini kok gak enak banget ya” ucap ku dengan cemas
“Aku biasa aja kok Al di dalam mobil ini kaya nya tenang-tenang aja” sahut Riko
“Aliya, udah lah kita bawa santai aja dikit lagi juga udah mau sampai” ujar Mutia
“Bener tuh Mut” sahut Diki
Tak lama Setelah Diki berbicara tau-tau Mutia berteriak “Diki awas..!!! disitu ada jurang….!!, “Haaaahhhhh……….” teriak aku,Diki, dan Riko. Aku sungguh tak kuasa mendengar jerit teriak mereka
***
Perlahan ku buka mataku sedikit demi sedikit dan terlihat samar-samar ada Ibu di sampingku
“Aliya… kamu sudah sadar” itu suara ibu
“Ibu, Aliya ada di mana? Riko,Diki, dan Mutia juga ada dimana bu..? ucapku dengan kaget
“Aliya kamu sedang di rumah sakit, kamu yang sabar ya Riko,Diki dan Mutia sudah tiada” kata Ibu
Tangisku ku menetes tiada henti saat kau tinggalkan ku sendiri. Mengapa kau ambil tiga sahabatku? aku masih sungguh menyayanginya akan ku jaga semua kenangan kita berempat walau kau sudahlah tiada. Kemana semua janji mu dulu Riko,Diki, dan Mutia..?. Aku juga masih mencintaimu Riko mengapa kaupun harus pergi juga .Ingin rasanya kumemutar waktu kembali tuh habiskan waktu-waktu kebersamaan kita sahabat dan merajut janji-janji kita selamanya.
***SELESAI***
“Mudah-mudahan saja kita berempat bisa terus bersama walau nanti kita sudah lulus dari sekolahan ini” ucap Mutia yang memberikan harapan
“Ia dan nanti botol ini akan kita buka bersama” sahut Diki dengan melanjutkan perkataan Mutia
“Oh…ia temen-temen kalian pada setuju gak kalau di dalam persahabatan kita berempat ini gak ada yang boleh saling jatuh cinta…!!, kayanya belakangan ini ada dua yang saling suka tuh cieee… Diki sama Mutia cintanya lagi bersemi-semi tuh......BhaHahay…….” ucap ku
“Dih.....Aliya so tau banget ya lu…emangnya gua pacaran apa ama Mutia kan gak tau” jawab Diki
“Diki, tadi perasaan gua gak bilang lu berdua pacaran ya, tapi tadi lu barusan yang nyebut sendiri jangan-jangan bener lagi lu berdua bukannya saling suka lagi, tapi udah jadian kali ya...tapi kalau seandainya kalian berdua emang pacaran gak napa-napa deh.....PJnya boleh kali tuh.....!!!” kata ku
“Cieee Diki sama Mutia....kayaknya bener tuh apa kata Aliya barusan” ujar Riko yang meledek Diki dan Mutia
“Udah ah ngapa lu jadi pada ngomongin begituan, ah gak penting tau mendingan sekarang kita pulang aja yuk…!!! Dari pada kita berempat kerjaannya main mulu nanti nilai ujian kita jelek lagi”sahut mutia
“Ia deh yuk kita pulang, oh ia, Aliya lu pulangnya gua anter ya dari pada lu naik angkutan umum” ucap Riko sambil menyuruh Aliya naik di motornya
“Ia Riko, nganterin gua pulang sekolah terus juga gak napa-napa…..Hahaha biar bensin lu abis, becanda kok gua” ujar ku
“Lah Aliya bisa banget, lu kira Riko tukang ojek” kata Diki
***
Inilah dia dimana saat-saat Ujian Nasional berlangsung hatiku mulai bergemuruh saat petugas membagikan soal suasana kelaspun mulai hening jauh dari kebisingan dalam hatiku ku sambil berdoa “Bismilahirrahmanirrahiim…...mudah-mudahan aku dapat mengerjakan soal Ujian Nasional ini dengan mudah dan mendapatkan nilai yang memuaskan” lalu barulah ku usapkan tangan ku wajah “Amiin……”
Barulah perlahan kuhitamkan hasil jawaban yang ku pilih di lembar jawaban, terus hingga aku selesai mengerjakan soal Ujian tersebut.
***
Ujian Nasional kini telah selesai dan sekarang adalah waktunya melepas ketegangan sambil menggu hari-hari di mana nanti hasilnya akan diumumkan. Kami berempat akan makan-makan di pizza hut.
Kami berempat pun memesan makanan. Aku jadi heran sama Riko kenapa ya sepertinya muka Riko kok terlihat tegang ya dan ia dari tadi ku perhatikan seperti ada yang akan ia sampaikan ke aku.
“Riko, lu tuh dari tadi kenapa yak kok kaya tegang gitu…kalau lo ada masalah cerita aja sama kita bertiga…!!!” tanya ku dengan heran
“Aliya, emangnya lu gak nyadar apa Riko kan suka ama lu semalem dia sms gua cerita katanya dia bingung gimana caranya nembak lu Al” ujar Diki sambil tertawa
“Beneran Dik gak salah denger nih gue” sahut Mutia yang penasaran
“Ehm…Aliya sebenernya yang di katakana Diki benar dan yang sejujurnya telah lama Al aku menyukaimu, kamu mau gak Al jadian sama ku?” ucapnya Riko dengan wajah tegang
“Ya Riko aku mau kok jadian sama kamu” sahutku sambil tersenyum
“Asyik dah yang hatinya lagi bersemi-semi nih…Cicuwwiittt….HahaHaha….” ujar Mutia
“Jiah……akhirnya Riko sama Aliya jadian juga, klo gua sama Mutia sih jadiannya udah lama” kata Diki
“Ah lo bedua nih gak pernah cerita” tutur Riko
“Tapi temen-temen kalian inget ya sahabatan kita tuh gak boleh hancur karna gara-gara cinta” ucap ku
“Tenang aja kok Al sampai kapanpun kita berempat tuh sahabat apa lagi gue ama lu udah sahabatan dari kita masih SMP” sahut Mutia
***
Hasil nilai sedang di bagikan. Sekarang aku begitu tegang ketika akan di bagikannya hasil nilai tersebut. Kini adalah giliran nama ku di sebut dan tepatnya aku mengambil hasil ujian “Aliya Rahmadina”, barulah aku maju ke depan dan mengambil hasilnya. Perlahan Kubuka amplop tersebut sambil membaca Bismillah, “Alhamdulillah ternyata aku lulus” ucap ku
Barulah waktunya nama Diki Disebut “Diki Setiawan” lalu dia maju dan ternyata ia lulus, “Mutia Qurrotu Nur’aini” begitu pula dengan Mutia ia juga lulus. Kini barulah giliran Riko “Ahmad Riko” dan akhirnya Riko pun juga lulus.
Kami berempat langsung berpelukan menahan tangis rasa senang yang mengharukan dan kami pun langsung berlari ke kebun untuk menggali botol tersebut saat-saat inilah yang membuat aku tidak bisa menahan air mata ku yang membuat ku haru.
“Gue seneng banget akhirnya kita berempat bisa lulus” kata Mutia
“Ya Mut gua juga seneng banget kita bisa seperti ini dan terus bersama” tutur ku
“Gimana kalau nanti kita jalan-jalan lagi” ucap Riko
“Setuju banget tuh gua, kita nonton bioskop…!!!” sahut Diki
***
Ketika di perjalanan ingin menonton bioskop, perasaanku sungguh tak enak jantungku berdebar ketika sedang di dalam mobil Diki yang mengendarai mobil tersebut, aku seperti punya firasat yang tak enak. Apakah ada sesuatu yang akan terjadi kepada kami berempat, Tidakkk…!!! Aku yakin ini semua gak akan terjadi.
“Perasaan gua di dalam mobil ini kok gak enak banget ya” ucap ku dengan cemas
“Aku biasa aja kok Al di dalam mobil ini kaya nya tenang-tenang aja” sahut Riko
“Aliya, udah lah kita bawa santai aja dikit lagi juga udah mau sampai” ujar Mutia
“Bener tuh Mut” sahut Diki
Tak lama Setelah Diki berbicara tau-tau Mutia berteriak “Diki awas..!!! disitu ada jurang….!!, “Haaaahhhhh……….” teriak aku,Diki, dan Riko. Aku sungguh tak kuasa mendengar jerit teriak mereka
***
Perlahan ku buka mataku sedikit demi sedikit dan terlihat samar-samar ada Ibu di sampingku
“Aliya… kamu sudah sadar” itu suara ibu
“Ibu, Aliya ada di mana? Riko,Diki, dan Mutia juga ada dimana bu..? ucapku dengan kaget
“Aliya kamu sedang di rumah sakit, kamu yang sabar ya Riko,Diki dan Mutia sudah tiada” kata Ibu
Tangisku ku menetes tiada henti saat kau tinggalkan ku sendiri. Mengapa kau ambil tiga sahabatku? aku masih sungguh menyayanginya akan ku jaga semua kenangan kita berempat walau kau sudahlah tiada. Kemana semua janji mu dulu Riko,Diki, dan Mutia..?. Aku juga masih mencintaimu Riko mengapa kaupun harus pergi juga .Ingin rasanya kumemutar waktu kembali tuh habiskan waktu-waktu kebersamaan kita sahabat dan merajut janji-janji kita selamanya.
***SELESAI***
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/05/akhir-persahabatanku-akhir.html#ixzz2BLejbzbz
Minggu, 04 November 2012
Anarkis di Tengah Pluralis

Menjadi refleksi segenap bangsa ini,
ketika menyimak kekerasan yang terjadi dengan membawa simbol-simbl agama
dengan naungan Ormas. Sangat prihatin dan memilukan. Ketika Negara ini
sedang mengalami goncangan berat, baik dari bencana alam dan kemiskinan.
Konflik horizontal, ternyata belum menunjukkan titik lesu yang berarti.
Malah sebaliknya.
Ormas yang merupakan sebuah wadah untuk
pendaulat aspirasi. Mengkonsolidasikan beragam pandangan untuk mancapai
sebuah tujuan yang diharapkan dalam kelompok/organisasi adalah
keniscayaan, sehingga dapat sejajar dalam memperoleh hak kehidupan, baik
dibidang ekonomi, sosial, dan budaya. Sepak terjang ormas pun bergerak
massiv, dengan langkah pasti senantiasa memantau kebijakan
pemerintah sebagai control social .
Ketika anomaly muncul
kepermukaan dan bahkan menindas hak-hak rakyat ormas selalu berpegang
teguh pada prinsip mereka sebagai sebuah komunitas yang peduli terhadap
kondisi sosial , meskipun tidak semua ormas yang respon dan tanggap
terhadap ironi-ironi rakyat. Namun beberapa tahun akhir ini perjalanan
ormas yang berada diindonesia mulai menampakkan taringnya. Beragam
aksi/kegiatan terorganisir yang dilakukan semakin jauh dari harapan
masyarakat pada umumnya.
Pembekuan Ormas
Nilai-nilai dan prinsip demokrasi saat
ini malah tidak dipraktikkan bahkan diabaikan. Ketegangan sosial yang
digerakkan oleh balutan sentimen sebagaimana dilakukan ormas radikal,
secara umum merupakan bukti nyata bagaimana demokratisasi tidak menjadi
bagian praktik nyata. Dengan begitu, ekspresi kebekuan hubungan antar
ormas dan masyarakat menjadi terpecah dengan adanya jurang pemisah yang
signifikan yaitu ketidakpercayaan(distrust) rakyat terhadap
pergerakan yang dilakukan oleh ormas-ormas yang menangatsnamakan pro
rakyat namun lebih cenderung ingin memonopoli dengan kepentingan
tertentu. Inilah kondisi paradoksal dan ironi.Memang tidak mudah lagi
mendapatkan hati masyarakat. Apalagi kasus-kasus ekstrem yang menyentak
khalayak.
Menjadi sejarah kelam para penggerak
ormas, jika tidak menyikapi perbedaan kepercayaan sebagaimana mestinya.
Kepercayaan memeluk agama seakan dikekang. Jika hanya merujuk pada satu
otoritas yang dianggap benar, namun sangat “kaku” di mata pemeluknya.
Aturan yang di rangkum para ormas yang mengatasnamakan pembela agama
mayoritas seakan menjadi “rancun” sendiri para pemeluknnya, sehingga
harus keluar dari lingkaran yang dianggapnya belum memasuki “zona
nyaman’. Karena kepercayaan tetaplah masalah kenyamanan rohani tanpa
adanya paksaan dengan beragam iming-iming yang malah menyesatkan. Karena
segala sesuatu yang dipaksa terkesan, menimblkan gemercik konflik.
Pembekuan ormas yang memiliki garis keras
pun harus secepatnya di evaluasi dan bila perlu di eliminasi. Karena
pergerakannya pun hanya menimbulkan kebosanan tiada tara dari masyarakat
sendiri. Tak salah jika Presiden Republik Indonesia Susilo bambang
Yudhoyono dalam sambutannya sekaligus pembukaan dalam Hari Pers Nasional
di Kupang mengecam keras para pelaku tindak kekerasan yang terjadi,
bila perlu di bekukan. Sudah berulang kali ormas yang hanya membuat
“gatal” rakyat Indonesia.
Untuk itu sudah sepatutnya pula
pemerintah mengambil ancang-ancang tegas. Penegak hukum sebagai panglima
hukun dinegeri ini, seharusnya memilki kekuatan tegas untuk
meyikapinya, bukan malah menjadi penonton manis yang hanya menunggu
respon, ketika suasana mulai mengeruh. Itu pun belakangan ini menjadi
sororan publik mengenai penyerangan Jamaah Ahmadiah yang menelan korban
hingga tewas. Peran penegak hukum pun, semakin dipertanyakan. Betapa
leletnya, dalam menyikapi beragam kejanggalan dilapangan. Malah
masyarakat pun, yang harus turun tangan.
Menjadi pekerjaan rumah pula, semua
elemen di NKRI ini dalammenindak para Ormas nakal tersebut. keinginan
masyarakat untuk membubarkan ormas, yang selalu membuat kekacuan adalah
jawaban final, tidak bisa dinganggu gugat lagi. Terus apakah pemimpin
negeri ini beserta selutuh jajaran kabinet di pemerintahannya berani
untuk melakukan hal tersebut, yang telah dinanti oleh seluruh masyarakat
Indonesia, Atau jangan-jangan, gertak sambal saja. Entahlah!
Langganan:
Postingan (Atom)